BURUH MEDIA Pada bab ini membahas bagaimana kondisi kerja jurnalis berubah dala...

BURUH MEDIA


BURUH MEDIA


Pada bab ini membahas bagaimana kondisi kerja jurnalis berubah dalam konteks digitalisasi dan komersialisasi media yang sedang berlangsung. Dan berikut ini adalah gambaran-gambaran yang bisa dikatakan gambaran suram atau sisi gelap dari bekerja di bidang media sekarang ini.

1.     Pekerjaan yang Tidak Lazin dan Tidak Pasti
Berdasarkan survey global di 38 negara yang dilakukan oleh Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) terdapat pertumbuhan hubungan pekerjaan yang tidak lazim di industri media seperti tingkat pekerjaan, tingkat gaji rata-rata dan kontrak non standar menjadi temuan dalam penelitian ini. Pekerjaan tak lazim disini mengacu kepada jenis pekerjaan yang tidak tetap atau full time.

2.     Freelance Work
Freelance dipilih karena dimotivasi oleh keinginan untuk mengalami lebih banyak kebebasan dan otonomi dalam kehidupan profesional mereka sehingga hal inilah yang meningkatkan keinginan untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keseimbangan pekerjaan dan kehidupan mereka.

3.     Kontrak Sementara dan Kerja Paruh Waktu
Banyak persepsi yang mengatakan jika bekerja di industri media diawali dengan magang yang tidak dibayar, gaji yang dibayar rendah serta kontrak sementara dan hal ini menunjukkan bahwa kerja kontrak dan paruh waktu menjadi hal yang langka dalam industri medida terutama bagi partisipan muda atau pemula. Namun sebenarnya masih banyak pekerja media yang bekerja dengan kontrak yang pemanen serta stabilisasi yang tinggi.

4.     Fleksibel dan Multi Skill
Fleksibel dalam dunia jurnalis terjadi karena upaya manajerial untuk memperluas kendali terhadap pekerja, serta fleksibilitas juga mengarah pada fungsional yang tinggi dengan banyak keahlian atau mampu melakukan baya tugas. Sedangkan multi sklill disini mengarah kepada keterampilan teknis yang terkait jurnalisme multimedia.

5.     Jurnalisme Multimedia
Terlepas di masa depan apakah jurnalis akan bekerja pada media cetak, siaran atau online, perusahaan media mulai membuat konvergensi media dengan tujuan nantinya jurnalis dapat menghasilkan konten baik untuk atau di berbagai platform. Namun perlu diingat bahwa bahwa jurnalisme lebih berfokus pada satu media, namun karena kemajuan teknologi mengharuskan seorang jurnalis untuk siap memproduksi konten di berbagai platform.

6.     Perluasan Pekerjaan
Kelangsungan hidup dalam industri berita tidak hanya akan bergantung pada keterampilan profesional dan teknologi jurnalis individu, tetapi juga pada kapasitasnya untuk menangani konsekuensi dari permintaan manajemen ruang berita untuk “fleksibilitas fungsional.” Perluasan pekerjaan disini berkaitan dengan pembuatan dan pengeditan konten khusus untuk web. Mereka termasuk meliput berita untuk situs web, menulis blog, menangkap audio dan video, membuat podcast, berpartisipasi dalam sesi live chat, dan mengambil foto.

7.     Beban Kerja Meningkat
Multi skill dan perluasan pekerjaan menjadikan beban kerja bagi para jurnalis sehingga mereka menghawatirkan tentang tekanan waktu dan beban kerja yang meningkat. Penggunaan teknologi yang dimaksudkan untuk lebih efisiensi tetapi nyatanya digunakan oleh pihak manajemen pengurangan biaya dan memaksimalkan produktivitas yang mengarah pada peningkatan beban kerja.

Berikut diatas adalah sedikit gambaran tentang sisi gelap bekerja di bidang media. Terkadang seseorang yang bekerja sebagai jurnalis atau wartawan dipandang sebelah mata, gaji yang tidak seberapa yang diterima, belum lagi terkadang mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari beberapa pihak saat wartawan tersebut sedang melakukan liputan tidak jarang pemukulan ataupun intimidasi dilakukan kepada mereka. Belum lagi di era teknologi sekarang yang sedang dikembangkan jurnalisme robot yang apakah nantinya dapat menggantikan para wartawan ini, namun saya rasa tidak akan justru seharusnya dengan adanya teknologi itu dapat mempermudah jurnalis agar terhindar dari tugas kerja yang menumpuk agar seorang jurnalis dapat merasakan kehidupan dan pekerjaan yang aman dan layak.

-RSU-

3 komentar:

JURNALISME ROBOT Jurnalisme Robot atau Robot Journalism merupakan bentuk dari computer-assisted reporting yaitu proses penggunaan r...

JURNALISME ROBOT


JURNALISME ROBOT


Jurnalisme Robot atau Robot Journalism merupakan bentuk dari computer-assisted reporting yaitu proses penggunaan riset database online yang digunakan untuk melengkapi metode pemberitaan yang masih tradisional. Robot yang dimaksud disini bukanlah robot yang berbentuk fisik yang dirangkai sedemikian rupa melainkan robot disini adalah kecerdasan buatan yang dibuat guna mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam penulisan berita.
Dengan munculnya jurnalisme ini terlebih di Indonesia menimbulkan beberapa pertanyaan seperti : Dengan adanya jurnalisme robot ini, apakah peran manusia sebagai seorang jurnalis atau wartawan atau pewarta akan tergantikan?, lalu dengan adanya jurnalisme robot ini akan masih memunculkan kesalahan dalam berita?. Nah, di blog  kali ini akan ada opini tentang kedua pertanyaan tersebut tadi.
Pembahasan

1.   Dengan adanya jurnalisme robot ini, apakah peran manusia sebagai jurnalis atau reporter atau pewarta akan tergantikan?
Untuk saat ini saya rasa peran manusia sebagai jurnalis atau reporter atau pewarta belum akan tergantikan oleh robot ini, mengingat teknologi ini masih sangat jarang digunakan di Indonesia, walaupun sudah ada yang mulai menerapka sebagai contoh media beritagar namun yang pastinya itu masih memiliki banyak kekurangan dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dikembangkan seperti contoh bahasanya yang masih terlalu kaku sehingga hasilnya pasti jelas berbeda dengan yang dihasilkan oleh manusia. Mengutip dari situs remotivi, petinggi beritagar mengtakan untuk pertanyaan ini justru dengan adanya jurnalisme robot ini maka seorang jurnalis atau reporter akan sangat terbantu karena waktu yang biasanya tersita  untuk mengerjakan hal yang bersifat klerikal dapat digunakan untuk mengerjakan hal lain seperti laporan investigasi atau sesuatu yang mendalam. Selain itu, jurnalis sekaligus editor beritagar Muammar Fikrie mengatakan :

Dia (robotorial) memudahkan kerja kami, kalau yang sudah punya pattern buat apa harus dikerjakan sama kita (wartawan) lagi. (teknologi) robot itu membaca pattern, hal-hal yang sudah pasti, sifatnya statistic, itu yang akan dia taruh.

Perlu diingat juga seorang jurnalis terkadang diberikan tugas untuk mencari 10 berita atau lebih oleh atasannya, tentu ini akan sedikit membantu para jurnalis. Namun bisa saja puluhan tahun yang akan datang tugas seorang jurnalis akan semakin sedikit dengan pengenmbangan jurnalisme robot ini mengingat perusahaan bisa saja memikirkan tentang biaya yang hemat karena dengan adanya jurnalisme robot ini biaya yang dikeluarkan hanya untuk pengembangan dan juga pemeliharaan dibandingkan dengan menggaji beberapa jurnalis, selain itu juga karena ini merupakan sebuah mesin atau teknologi maka proses produksi berita dapat dilakukan kapan saja berbeda dengan jurnalis manusia yang pastinya membutuhkan waktu untuk beristirahat.

2.   Dengan adanya jurnalisme robot ini, akankah masih dapat memunculkan kesalahan dalam berita?
Jawaban yang pasti adalah tentu masih akan ada kesalahan kesalahan dalam berita karena berita ini dihasilkan dari sebuah alat mekanis atau teknologi yang diciptakan atau dibuat oleh manusia sehingga peran manusia masih sangat dibutuhkan terutama untuk saat ini dimana teknologi robotorial tersebut masih dalam tahap pengembangan agar lebih banyak lagi berita yang dapat diproduksi. Kesalahan-kesalahan dalam berita pasti akan ada seperti data yang kurang tepat atau bahkan data yang salah bisa juga datang dari robotorial tersebut yang mengalami gangguan sehingga menyebabkan kesalahan pada data yang masuk.
Untuk itu karena teknologi ini merupakan buatan manusia maka tidak mungkin alat ini dapat bekerja dengan sendirinya untuk itu tetap perlu adanya orang baik itu jurnalis ataupun orang yang mengerti komputer atau pemrograman untuk tetap mengawasi alat itu untuk meminmalisir kesalahan pada berita apabila hal tersebut terjadi agar dapat segera ditangani agar tidak terjadi efek yang lebih serius lagi.


Jadi kesimpulan dari kedua pertanyaan tersebut adalah jurnalisme robot merupakan sebuah alat atau teknologi buatan manusia yang tentunya itu masih dapat terjadi kesalahan-kesalahan baik itu pada alat atau teknologinya bisa juga pada beritanya, untuk itu peran manusia sebagai wartawan atau reporter masih sangat dibutuhkan apalagi pada saat ini yang masih dalam proses pengembangan agar lebih banyak lagi berita yang dapat diproduksi. Manusia seperti jurnalis dan juga ahli komputer atau pemrograman masih sangat dibutuhkan untuk terus mengawasi, ahli IT atau komputer mengawasi apabila terjadi kesalahan pada alat sedangkan reporter atau wartawan mengawasi bagian berita untuk mengantisipasi kesalahan atau kekeliruan data yang bisa saja menjadi sebuah hoax. Dan satu hal yang pasti jurnalis atau reporter akan terus ada sebelum teknologi ini bisa atau mampu mengumpulkan data, wawancara narasumber menganalisis serta memferivikasi data sendiri tanpa bantuan manusia.

-RSU-


Sumber Referensi  :

Jurnalisme Robot dalam Media Daring Beritagar.id
Oleh : Sri Oktika Amran, Irwansyah

Praktik Jurnalisme Robot, Senjakala Jurnalis?
Oleh : Eko Razaki

Jurnalisme Robot, Mempermudah Kerja Jurnalistik atau Menggusur Wartawan ?
Oleh : Gabriela Natasya Manueke

0 komentar: